Selasa, 26 Oktober 2010

Contoh : Dongeng Fabel**

GAJAH DAN TIKUS
By Jujuxs “Ketjing” VenoTI


Sekor Gajah dan Tikus sedang berjalan-jalan mengelilingi gurun pasir yang teramat luas. Hamparan pasir tersebut sudah dilalui Gajah dan Tikus selama berhari-hari, dan dihari yang ketiga perbekalan Gajah dan Tikus masih cukup untuk bertahan selama tujuh hari.
Di dalam perjalanannya ia menemukan sebuah batu besar yang dapat dipakai untuk tempat peristirahatan, dan merekapun mulai beristirahat, karena mereka sudah mulai sangat lemah. Hal tersebut disebabkan karena mereka berdua benar-benar sudah melakukan perjalanan berhari-hari tanpa menemukan satupun kehidupan.
Di hari yang keempat, ternyata ia melihat tanda-tanda kehidupan yang sangat mengejutkan, yaitu dilihatnya sebuah kehidupan yakni hidupnya sekelompok semut yang sedang merangkak. Tikuspun langsung menanyakan kondisi yang ia lihat kepada Gajah “apa yang saya lihat ini sudah benar-benar terjadi dan bukan impian-impian”. Gajahpun menjawab dengan keheran-heranan “memang benar, ini nyata, dan bukan mimpi, ini realitas dan bukan imajinasi”. ”Benarkah ini nyata jah?” Tanya tikus memperjelas yang telah ia lihat.
“Benar tikus, apa yang telah kamu lihat itu adalah sekelompok semut yang sedang merangkak, tapi mengapa ia sampai hidup di tengah-tengah gurun pasir ini, apa ia tidak takut mati, karena disini tidak ada kehidupan lain selain dirinya, lantas sehari-harinya dia makan dan minum apa?” tegas gajah.
Tikus langsung mengeluarkan pertanyaan “Mut, kamu hidup digurun pasir ini makan dan minum apa?”
“Makan apa ya.. makan seperti biasanya! Walau disini tidak ada gula, ternyata teman-temanku masih bisa bertahan untuk hidup” Jawab si semut dengan santainya.
“Makan seperti biasanya itu, makan apa? Padahal biasanya kamu khan makan gula atau makan-makanan yang berrasa mani, sedangkan disini saya lihat tidak ada satupun makanan yang berasa manis” ungkap gajah dengan penuh penyelidikan seperti aparat polisi yang ingin mengetahui secara detail kasus yang ia tangani.
Semut diam tak ada jawaban. Memang selama ini dia tidak makan-makanan yang berasa manis, tapi dia makan-makanan yang sekiranya memang sudah dipersiapkan khusus untuk kaum bangsawan semut dan bukan diperuntukkan kaum binatang yang lainnya, disamping itu pula desain makanan semut harus kecil seperti bentuk tubuhnya yang kecil-kecil.
Melihat semut diam, lalu si tikus tergesa-gesa mengeluarkan bahasa permaafan pada semut “maaf ya mut, bukan maksudku menyinggung perasaanmu, tapi memang aku pengin tau rahasianya apa sih, kamu kok bisa hidup di Gurun pasir yang memang tidak ada sedikitpun makanan yang berasa manis” ungkap si tikus sambil mendekat pada semut.
Semut langsung terhentak “memang aku sekarang tidak makan-makanan yang berasa manis, tapi aku hanya makan-makanan yang mengandung kekeringan tempe, kekeringan tahu, dan minumnya adalah minuman kebanjiran air dan kebanjiran susu” jawab si semut dengan gaya yang pasti.
“Apa kekeringan tempe tahu dan kebanjiran air susu, maksudnya…?” Tanya si gajah untuk lebih menegaskan apa yang disampaikan oleh semut, walaupun memang di Negeri kita ini sekarang sering mengalami kekeringan jika musim panas tiba dan mengalami kebanjiran, jika musim hujan tiba, “masak dengan kondisi yang semacam ini saja si semut harus makan makanan kekeringan dan minumannya adalah kebanjiran” hayalan si gajah.
“Memang benar selama ini kami di suku semut, makanannya adalah kekeringan dan minumannya adalah kebanjiran, dalam arti bahwa selama ini keluarga besar semut makannya harus pergi ke desa keringan, sedangkan di desa keringan itu hanya ada makanan tempe sama tahu, jadi kami setiap hari makannya ya tempe sama tahu, untuk minumnya memang kami sengaja minum kebanjiran dalam arti bahwa kami (sekeluarga semut) minumnya adalah harus menuju ke desa banjiran yang memang disana air berlimpah, susu juga berlimpah, oleh karena itu kami hanya makan kekeringan tempe dan tahu sebagai pelengkap minuman adalah memakai minuman kebanjiran air dan susu, begitu ceritanya” celetuk si semut dengan senyuman.
“walah, kalau gitu ya benar saja kalian masih hidup, ternyata kalian masih bisa makan dan minum” ungkap si gajah dengan penuh kegembiraan, karena sudah mendapatkan jawaban, dan akhirnya si gajah dan si tikus berpamitan sama si semut “kalau begitu kami permisi dulu untuk melanjutkan perjalanan kami yang masih kurang panjang dan jauh”. “Lho kok panjang dan jauh” Tanya si semut. “Lantas kalau tidak panjang dan jauh lantas apa?. Padahal panjang itu adalah singkatan dari pamitan dan terus berjuang, sedangkan jauh kepanjangan dari melanjutkan jarak yang akan kita tempuh” ungkap si tikus sambil tersenyum.
“Selamat siang dan sampai jumpa” pamit si gajah pada semut. “Sama-sama sampai berjumpa pula dipertemuan yang akan datang” ungkap si semut.
  

Semarang in Memory 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar