Kamis, 20 Desember 2012

CUKUR RAMBUTMU SEBELUM MENCUKUR KUMISMU



By Ketjink VenoTI

Kulihat dimana-mana sedang berbondong-bondong orang membawa sepanduk, tulisannya sangat variatif, ada salah satu spanduk yang menarik perhatian masyarakat yang melintasi jalan tersebut, spanduk tersebut bertuliskan sangat aneh sekali “Cukur rambutmu sebelum mencukur kumismu” ungkapan yang tertulis di spanduk ini menjadi perhatian dari seluruh masyarakat yang melintas di jalan raya, mereka memandang merasakan keanehan dari spanduk yang tertulis didalam aksi masa yang dilakukan oleh Ikatan Badan Eksekutif Mahasiswa Seni Indonesia, karena biasanya ketika aksi Mahasiswa berlangsung hampir rata-rata spanduk yang dibawa bertuliskan nada-nada provokatif, “Turunkan Harga”, “Turunkan Presidan” “NKRI Harga Mati” ini lah ungkapan-ungkapan yang sering dilakukan oleh Para Mahasiswa untuk ditulis didalam spanduk yang terbentang didepannya.

Keanehan yang dialami oleh masyarakat tersebut menjadi polemic tersendiri bagi masyarakat pengguna jalan, banyak pergunjingan dan obrolan yang membicarakan tulisan spanduk “Cukur Rambutmu Sebelum Mencukur Kumismu” semakin hangat diperbincangkan di mana-mana. Warung kopi, restaurant, café-café, rumah makan, warung lesehan, tema obrolannya membicarakan tentang nada spanduk yang bertuliskan nyeleneh tersebut.

Analisis masyarakat pun variatif mereka tetap berfikir apa sebenarya yang terkandung dalam kalimat tersebut, apakah memang para mahasiswa ketika akan melakukan aksi harus mencukur rambutnya terlebih dahulu atau bagaimana? Karena memang ketika saya melintas di ruas jalan MH Tamrin banyak sekali terlihat beberapa mahasiswa yang mencukur rambutnya sampai gundul polos tidak ada sehelaipun rambut yang melekat di kepalanya.

Proses berfikirpun tidak dapat kuhentikan karena memang tulisan tersebut selalu menghantui disetiap mau tidur dan bahkan ketika pasca tidur, aku selalu mengingat betul tulisan itu, karena selain tulisan tersebut ditulis dengan huruf yang besar, tulisan itu sangat nyeleneh….. dipampang dalam spanduk berukuran sangat besar, layaknya tidak seukuran dengan spanduk-spanduk biasa.

Akupun terus berfikir apa sebenarnya maksud dari tulisan tersebut, kucoba untuk bertanya pada siapapun, namun belum kutemukan juga, pernah sekali aku bertemu dengan orang yang sudah Sarjana Bahasa Indonesia, kuceritakan padanya berkenan dengan apa yang aku lihat dalam spanduk berukuran besar dan membuat pikiranku terus bertanya-tanya, apa makna yang sebenarnya dari tulisan spanduk tersebut.

Seorang Sarjana yang telah kutanya berkenaan dengan kalimat dalam spanduk tersebut, mengatakan bahwa : “Tulisan itu sudah benar bahwa penulis berkeinginan menyampaikan sesuatu kepada masyarakat secara umum jika seseorang ingin mencukur rambut, haruslah diawali terlebih dahulu dengan mencukur kumis”.

Lantas aku bertanya lagi, jika memang seseorang yang akan mencukur rambut harus diawali dengan mencukur kumis, kenapa tidak diawali dengan mencukur terlebih dahulu rambut yang berada didaerah lain? Mengapa harus kumis terlebih dahulu yang harus dicukur sebelum mencukur rambut?. Ia pun akhirnya ikut bingung juga “i……ya…..ya…..!”.

Jelas ada maksud tertentu dibalik dalam kalimat tersebut” ungkapnya kepadaku.

Nah….. itulah yang menjadi penasaranku sepulang aku dari Jakarta 4 hari yang lalu” jawabku.

Akupun semakin bingung dengan ungkapan tersebut, akhirnya kutanyakan pula dengan dosen sastraku, ketika setelah kuceritakan mengenai perjalananku, ia pun berfikir apa sebenarnya yang terkandung dalam makna tulisan tersebut, namun ia pun tetap menjawab bahwa “makna yang ada dalam tulisan tersebut adalah ketika mau menghilangkan korupsi di negeri antah brantah ini haruslah dicukur semuanya dan bukan dicukur yang bawah saja, namun yang atas dibiarkan tumbuh subur, sehingga kalau memang ada niatan mencukur rambut, harus semuanya dicukur termasuk rambut-rambut yang tersembunyi sekaligus, artinya ketika kita ingin menghilangkan korupsi haruslah semuanya dihilangkan termasuk korupsi-korupsi yang masih kecil-kecil dan tersembunyi” ungkapnya.

Lantas apa hubungannya dengan demo yang dilakukan oleh Mahasiswa, padahal demo itu bukan berkaitan dengan kasus korupsi yang merajalela dinegeri antah brantah ini, namun demo tersebut berkaitan dengan keberadaan wakil rakyat yang sedang duduk di kursi empuk. Berarti kan tidak ada sangkut pautannya dengan demo tersebut?” tanyaku kembali.

Memang benar itu ditujukan kepada anggota wakil rakyat, karena selama ini, masyarakat menganggap bahwa wakil rakyatlah yang banyak melakukan korupsi, lewat jalur ini, jalur itu. Atau bahkan lewat jalur yang lainnya” imbuhnya.

Lantas keterkaitan dengan tulisan tersebut apa, kalau tulisannya cukurlah semua rambutmu, masih bias masuk akal, sedangkan tulisan ini adalah cukurlah rambutmu sebelum mencukur kumismu?” bantahku.

Terus apa makna dari tulisan itu ya…..????” tanyanya kembali padaku.

Aku bertanya malah anda kembali bertanya…..!!!!! lantas saya akan bertanya sama siapa lagi….???? sama halnya jeruk minum jeruk….. hehehehehehehehehehe” Ledhekku padanya.

Mencari dan mencari terus atas jawaban tentang tulisan sepanduk yang bertuliskan nyeleneh tersebut, karena aku masih belum merasakan kepuasan atas jawaban yang diberikan oleh orang-orang yang kuajak diskusi mengenai tulisan tersebut.