Kamis, 15 Juli 2010

Pemilihan Ketua OSIS

Oleh: Jujuxs Ketjink VenoTI


Masa Kampanye Pencarian jumlah dukungan dalam pelaksanaan pemilihan umum ketua osis baru belum dimulai dan belum di buka secara resmi oleh panitia Pemilihan umum, namun suasana persaingan masing-masing kandidat, pencarian dan perekrutan jumlah dukungan masyarakat sudah mulai terasa, sehingga bukan hanya mirip bahkan persis seperti pelaksanaan pemilihan umum presiden dan wakil presiden, Gubernur dan wakil gubernur, Bupati dan wakil bupati, atau pemilihan kepala desa, banyak obralan-obralan dilakukan oleh masing-masing kandidat calon ketua OSIS agar mendapatkan dukungan secara maksimal dari warga siswa siswi se lingkungan Madrasahnya untuk mewujudkan keinginannya sebagai pemenang dalam pelaksanaan pemilihan umum secara langsung ketua OSIS.


Segala tindakan, tipu muslihat, keilmuan, akan dilakukan dan dipertaruhkan. Seluruh kekuatan, seluruh kelicikan semua akan dilaksanakan termasuk harus menghubungi ahli strategi yang paling handal dalam perekrutannya, ahli matematika, ahli supranatural bahkan ahli ekonomi semuanya dimintai saran dan pendapatnya, tak luput pula para preman sekolahpun menjadi incaran para kandidat ketua OSIS untuk direkrut sebagai tim suksesnya. Tugas para preman sekolah ini hanyalah untuk menakut-nakuti seluruh siswa agar mendukung calon yang diusungnya, jika ia tidak mendukung, maka terancamlah kehidupannya.


Demi suksesnya pelaksanaan dan demi suksesnya suara yang terkumpul oleh salah satu calon, maka semua itu perlu dilakukan dan ia pun juga rela mengorbankan segala sesuatu yang pernah ia miliki diwaktu sebelum menjabat akan dipertaruhkan demi kesuksesan pencalonannya, mulai dari pakaian seragam, uang, tas, bahkan kaos kaki dan sepatunya ia lepaskan untuk diberikan secara Cuma-Cuma pada teman-temanya dengan imbalan kelak ketika pelaksanaan pemilihan umum ketua osis seluruh masyarakat (Siswa-siswi) yang pernah ia bantu memberikan dukungan secara maksimal kepada dirinya, agar dirinya nanti terpilih menjadi ketua OSIS di periode tahun ini, dan bukan hanya itu saja bahkan ia pula tidak segan-segan untuk meminta bantuan kepada orang lain, meminta bantuan oleh kandididat lain, bahkan meminta bantuan dari orang-orang sukses yang berada di luar areal sekolah.


Bagi-bagi dan sosialisasi yang telah dilakukan oleh para kandidat ternyata kelewatan batas maksimal. Dengan konsentrasi yang tinggi dalam memberikan bentuk sosialisasi dan pencarian dukungan lewat bagi-bagi barang, ternyata telah menutup dirinya tentang akal-akal sehat yang ia miliki, dan seolah-olah akal sehat sudah tidak difungsikan lagi dalam pensuksesan suara pada pelaksanaan pemilihan Umum Ketua OSIS kali ini. Semangat yang bergelora bak akan mengibarkan bendera merah putih ketika masa penjajahan belanda telah tertancap dalam masing-masing diri para kandidat, sehingga banget seriusnya ia melupakan sesuatu terhadap dirinya, bahwa dirinya ternyata sudah tak berbusana lagi dan hanya memakai celana pendek dan kaos dalam saja 
Hal tersebut dilakukan demi memberanikan para kader bangsa Indonesia untuk selalu memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya dan berfikir selangkah lebih maju dibandingkan dengan langkah2 lainnya, walaupun nantinya akan ada permohonan imbal jasa dari bantuan yang telah ia berikan, yakni berupa pemberian suara dalam pelaksanaan pemilihan umum ketua osis nanti. 



Untuk memperkuat asumsi masyarakat dalam menentukan pilihannya tim sukses dari salah satu pasangan bakal calon tak lupa pula ia menerapkan system politik “devidet at impera” dalam Bahasa Belandanya, kalau dalam Bahasa Indonesianya adalah politik belah bambu, karena system politik tersebut berusaha memecah bambu-bambu yang ada (daftar pemilih). Daftar pemilih atau biasa disebut dengan calon pemilih adalah sebagian masyarakat yang tidak tahu akal pikiran apa yang sedang dilakukan oleh para kandidat, sampai ia harus dipecah belah, sara, agama, warna kulit, jenis kelamin, asal daerah, menjadi isu sentral dalam pemecahan bambu-bambu (calon pemilih) yang ada. 


Segala cara perlu dilakukan walau harus merubah gambar, merubah nama, sampai pada memanipulasi data jumlah pemilih, memanipulasi jumlah perolehan suara itu akan dilakukan demi mewujudkan semua cita-citanya dan melupakan dimana posisi kegamaan, dimana posisi social kemasyarakatan, dimana posisi kekeluargaan, dimana posisi lawan dan dimana posisi kawan, itu semua tertutup oleh aurat yang betul-betul menginginkan sebuah kekuasaan untuk berada pada tangannya, walau ia harus mengorbankan segala sesuatunya. 

Ketika pucuk pimpinan dapat diraih dengan cara yang sedemikian rupa, maka segala pujian, sorakan, penghargaan akan diterima, bahkan ciuman tangan, ciuman pipi, ciuman mulut semuanya ia terima dari seluruh para penggemar dan pengagumnya, walau ia pada posisi seperti ini harus mulai sedikit demi sedikit dan bahkan seluruhnya harus melupakan siapa sebenarnya yang telah membantunya, siapa yang telah mengantarkan dirinya duduk di kursi persembahan binatang-binatang jalang, siapa yang menjadikan dirinya sebagai penguasa lalim dan bukan alim, namun seluruh kepemimpinannya adalah untuk seluruh warga yang berada dilingkungan OSIS, bukan untuk segelintir orang yang mengatasnamakan tim suksesnya, dan kalau itu yang terjadi, maka tidak kemajuan yang ada, namun malah kburukan yang tercipta.

“Hebat tenan ketua OSIS ku.....”, “siiiip inilah namanya permainan sportif”, “inilah hasil jerih payah kita….”, “ hidup…. Hidup…. Ketua osis”, inilah sorak sorai yang dikeluarkan oleh mulut-mulut yang berbau bisa yang setiap saat ia akan meracuni seluruh isi bumi dengan bisa-bisanya yang mematikan, atau inilah mulut-mulut serigala yang setiap saat akan memangsa dirinya sendiri demi mendapatkan secuil potongan nasi yang terhampar dalam ransum makanan para lidah api rakyat.

Sadar atau tidak itu telah terjadi sekian tahun, sekian masa, sekian abad, dan itu tidak pernah berkurang dan tidak akan pernah berkurang, justru semakin lama semakin bertambah tidak karu-karuan, walau banyak kata orang yang mengatakan dalam mewujudkan kekuasaan, mewujudkan impian-impian, mewujudkan cita-cita, diperlukan adanya pengorbanan. Namun perlu disadari bahwa pengorbanan itu harus tidak lepas dari rel-rel aturan yang sudah disepakati bersama, tidak lepas dari pakem-pakem kehidupan, tidak lepas dari koridor-koridor keagamaan. Dan perlu juga diingat bahwa hidup disini ada aturan yang mengaturnya jangan asal sembarangan saja, ini dunia bukan kandang hewan yang setiap saat kita bisa melakukan apa saja sesuka hati kita, melawan apa saja yang menghalau disetiap perjalanan walau semacam itu ingatlah bahwa mereka itu adalah teman, saudara, kekasih yang setiap saat akan kau butuhkan kembali keberadaannya.

Janganlah pernah kau akan menghilangkan batasan-batasan keagamaan, batasan-batasan social kemasyarakatan, batasan undang-undang dasar, batasan peraturan pemerintah, batasan peraturan menteri, batasan peraturan kepala daerah, bahkan batasan-batasan yang mengatur tentang peraturan-peraturan yang lainnya untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi impian selama ini. 

Kita hidup didunia ini bukan sendirian dan masih ada orang lain, yang suatu saat kita akan membutuhkannya, walau itu hanya mengenal kata “tolong dan terima kasih”. Aristoteles berpendapat bahwa manusia itu adalah zoon politicoon dalam arti bahwa (manusia adalah makhluk social) yang ia tidak akan mampu hidup secara sendirian, kapanpun dan dimanapun pastilah ia akan membutuhkan bantuan dari yang namanya manusia.

Pemikiran mensukseskan keinginanmu bukan hanya mampu dijalankan lewat jalan pintas dan berbau negative saja, namun perlu pula kau berfikir secara positif agar kelak kau jika terpilih tidak ada akar permusuhan yang kau bangun dalam pondasi-pondasimu yang telah kau persiapkan secara kokoh itu, perkuatlah kembali pondasi-pondasimu dengan langkah-langkah yang jernih tanpa harus menghalalkan segala cara.

Langkah-langkah yang pernah dilakukan oleh pemimpin-pemimpinmu yang dulu tidak perlu kau ikuti secara keseluruhan carilah langkah mana yang menguntungkan masyarakat dan langkah mana yang menguntungkan masyarakat, dan langkah mana yang tidak menyakiti masyarakat dan langkah apa yang justru akan menyehatkan masyarakat, itu yang perlu dipikirkan secara maksimal, sehingga nantinya kita akan mampu berfikir apa yang telah kita korbankan demi masyarakat dan bukan apa yang akan kita korbankan nanti demi terwujudnya kekuasaan yang hakiki.

Banyaknya dukungan tidak akan mampu menjamin kemenangan dan kesuksesan secara mutlak, namun begitu pula sebaliknya minimnya dukungan bukan berarti mewujudkan adanya sebuah kekalahan yang murni, namun kita harus mampu berfikir bagaimana kita harus mengambil langkah yang positif demi kemenangan yang hakiki, demi kemenangan yang selalu dikenang oleh masyarakat, demi kemenangan yang membangun masyarakat secara keseluruhan dan bukan masyarakat tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar