Di
Semarang, Jawa Tengah, tidak hanya orang dewasa saja yang sudah
kecanduan rokok, tetapi juga menulari remaja dan bahkan anak-anak.
Banyak dari para siswa yang belum mengetahui bahaya merokok secara
pasti. Masa di mana seusia siswa SMP misalnya, adalah masa yang sangat
penting sekali, karena biasanya para siswa mencari identitas diri, yang
salah satunya dilakukan dengan merokok.
“Mereka
tidak tahu, merokok bisa merusak kesehatan, bahkan meningkatkan angka
kematian. Iklan rokok di televisi, meski tidak terang-terangan, tetap
saja banyak berpengaruh pada remaja. Apalagi biasanya dikemas dalam
figure pria jantan, berani, penuh petualangan, dan macho.
Figur seperti itu banyak digandrungi para remaja,” tutur Ketua LSM
Gagasan Anak Negeri (GAN) Pusat, Rachmad Silas Subarjo, yang mengawasi
dampak iklan rokok di televisi, kepada Obyektif Cyber Magazine, di Semarang baru-baru ini.
Sementara
itu, Ketua Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT), Farid
Moeloek, di Jakarta memaparkan, bahwa jumlah perokok di Indonesia
merupakan terbesar ke-3 di dunia. Jumlah ini akurat berdasarkan data
dari WHO. Bahkan, pertumbuhan konsumsi rokok di kalangan generasi muda
Indonesia, merupakan yang tercepat di dunia, sedangkan di negara maju
lainnya semakin menurun.
Tidak
hanya itu, kematian akibat kebiasaan merokok di Indonesia telah
mencapai 400 ribu orang per tahun. Meskipun mengenai dampak buruk rokok
bagi kesehatan kerap dijelaskan, namun justru iklan dan promosi rokok
dibebaskan secara nyata. Kondisi ini menjadikan anak-anak sebagai target
perokok baru, terbukti, dengan naiknya perokok pemula. Kenaikan
tertinggi sebesar 4 kali lipat terjadi pada kelompok umum 5-9 tahun,
sedangkan peningkatan pada kelompok 15-19 tahun adalah 144 persen selama
periode 1994-2004.
Dari
penelitian Universitas Hamka dan Komnas Anak di tahun 2007, menunjukkan
hampir semua anak (99,7 persen) melihat iklan rokok di televisi dan
68,2 persen memiliki kesan positif terhadap iklan rokok, serta 50 persen
remaja perokok lebih percaya diri seperti dicitrakan iklan rokok.
Dilain
pihak, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta, Peni
Susanti mengungkapkan, pihaknya telah menerbitkan aturan yang berfungsi
untuk melindungi masyarakat Jakarta dari asap rokok. Tujuannya untuk
membuat masyarakat Jakarta tetap sehat. Asap rokok merupakan salah satu
sumber pencemaran udara di dalam ruangan. Bagi perokok, hal ini tidak
akan jadi masalah besar. Namun, bagi orang-orang yang tidak merokok, ini
tentunya menjadi bahaya yang mengancam kesehatannya.
Bahkan,
berdasarkan hasil survei, sebagian besar masyarakat kalangan menengah
ke bawah menghabiskan 20 persen dari pendapatannya untuk membeli rokok.
Hal ini sangat ironis mengingat untuk makan saja terkadang susah, tapi
mereka mampu menyisihkan uang hanya untuk rokok. (Sukmawijaya)
-----------------------------------------------
MASYARAKAT MISKIN TERPERANGKAP ROKOK
Masyarakat
miskin Indonesia terperangkap rokok karena harus mengalokasikan 70
persen dari total pengeluaran per bulannya untuk belanja rokok. “Rumah
tangga termiskin memiliki pengeluaran untuk membeli rokok sebesar 70
persen dan pengeluaran itu menempati urutan kedua setelah makanan
pokok,” kata Abdillah Ahsan, Peneliti Lembaga Demografi FEUI Jakarta,
mengungkapkan hal itu di Jakarta baru-baru ini.
Menurut
dia, enam dari sepuluh rumah tangga termiskin di Indonesia mengeluarkan
uangnya untuk membeli rokok sehingga membuat beban ekonomi rumah tangga
meningkat. Sementara itu menurut Undang-undang No. 39 tahun 2007 pasal
66A ayat 1, tentang Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCHT) menyebutkan,
penerimaan negara dari cukai hasil tembakau akan dibagikan kepada
provinsi penghasil cukai sebesar dua persen, atau pada 2010 lalu sekitar
Rp 1,1 triliun, katanya.
Dana
itu akan digunakan untuk peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan
industri, pembinaan lingkungan sosial dan sosialisasi di bidang cukai
dan pemberantasan kena cukai ilegal. Dari lima alokasi dana itu,
lanjutnya, hanya pada pembinaan lingkungan sosial yang dapat digunakan
untuk promosi kesehatan atas efek buruk rokok, penciptaan lapangan
pekerjaan dan pengentasan kemiskinan.
Sementara
itu Kepala Seksi Dana Bagi Hasil Pajak Kementerian Keuangan, Lesmana
mengatakan, penggunakan dana pajak difokuskan untuk bidang kesehatan
terutama di daerah penghasil tembakau.(Sukmawijaya)
Sumber : http://obyektif.com/kesehatan/read/perokok_terbesar_ketiga_di_dunia/
uraian diatas adalah persoalan.....
uraian dibawah adalah solusinya......
"KURANGI FAKTOR RESIKO AKIBAT MEROKOK"
"GANTILAH ROKOK ANDA DENGAN ROKOK HERBAL MULAI DARI SEKARANG"
"ROKOKNYA DAHSYAT, KERJANYA CEPAT, BONUSNYA SEMAKIN MANTAP"
"ROKOKNYA DAHSYAT, KERJANYA CEPAT, BONUSNYA SEMAKIN MANTAP"
Info lebih lanjut hub.: "AGEN PENJUALAN ROKOK HERBAL TERDEKAT DI KOTA ANDA"
Contact Person Rokok Herbal Community : 085226739577 / 087780034981
atau buka langsung di www.rokokherbal.com
atau buka langsung di www.rokokherbal.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar