By Ketjink VenoTI
Kulihat
dimana-mana sedang berbondong-bondong orang membawa sepanduk, tulisannya sangat
variatif, ada salah satu spanduk yang menarik perhatian masyarakat yang
melintasi jalan tersebut, spanduk tersebut bertuliskan sangat aneh sekali “Cukur
rambutmu sebelum mencukur kumismu” ungkapan yang tertulis di spanduk ini menjadi
perhatian dari seluruh masyarakat yang melintas di jalan raya, mereka memandang
merasakan keanehan dari spanduk yang tertulis didalam aksi masa yang dilakukan
oleh Ikatan Badan Eksekutif Mahasiswa Seni Indonesia, karena biasanya ketika
aksi Mahasiswa berlangsung hampir rata-rata spanduk yang dibawa bertuliskan
nada-nada provokatif, “Turunkan Harga”, “Turunkan Presidan” “NKRI
Harga Mati” ini lah ungkapan-ungkapan yang sering dilakukan oleh Para
Mahasiswa untuk ditulis didalam spanduk yang terbentang didepannya.
Keanehan yang
dialami oleh masyarakat tersebut menjadi polemic tersendiri bagi masyarakat
pengguna jalan, banyak pergunjingan dan obrolan yang membicarakan tulisan
spanduk “Cukur Rambutmu Sebelum Mencukur Kumismu” semakin hangat
diperbincangkan di mana-mana. Warung kopi, restaurant, café-café, rumah makan,
warung lesehan, tema obrolannya membicarakan tentang nada spanduk yang
bertuliskan nyeleneh tersebut.
Analisis
masyarakat pun variatif mereka tetap berfikir apa sebenarya yang terkandung
dalam kalimat tersebut, apakah memang para mahasiswa ketika akan melakukan aksi
harus mencukur rambutnya terlebih dahulu atau bagaimana? Karena memang ketika
saya melintas di ruas jalan MH Tamrin banyak sekali terlihat beberapa mahasiswa
yang mencukur rambutnya sampai gundul polos tidak ada sehelaipun rambut yang
melekat di kepalanya.
Proses
berfikirpun tidak dapat kuhentikan karena memang tulisan tersebut selalu menghantui
disetiap mau tidur dan bahkan ketika pasca tidur, aku selalu mengingat betul
tulisan itu, karena selain tulisan tersebut ditulis dengan huruf yang besar, tulisan
itu sangat nyeleneh….. dipampang dalam spanduk berukuran sangat besar, layaknya
tidak seukuran dengan spanduk-spanduk biasa.
Akupun terus
berfikir apa sebenarnya maksud dari tulisan tersebut, kucoba untuk bertanya
pada siapapun, namun belum kutemukan juga, pernah sekali aku bertemu dengan
orang yang sudah Sarjana Bahasa Indonesia, kuceritakan padanya berkenan dengan
apa yang aku lihat dalam spanduk berukuran besar dan membuat pikiranku terus
bertanya-tanya, apa makna yang sebenarnya dari tulisan spanduk tersebut.
Seorang Sarjana
yang telah kutanya berkenaan dengan kalimat dalam spanduk tersebut, mengatakan
bahwa : “Tulisan itu sudah benar bahwa penulis berkeinginan menyampaikan
sesuatu kepada masyarakat secara umum jika seseorang ingin mencukur rambut,
haruslah diawali terlebih dahulu dengan mencukur kumis”.
Lantas aku
bertanya lagi, jika memang seseorang yang akan mencukur rambut harus diawali
dengan mencukur kumis, kenapa tidak diawali dengan mencukur terlebih dahulu
rambut yang berada didaerah lain? Mengapa harus kumis terlebih dahulu yang
harus dicukur sebelum mencukur rambut?. Ia pun akhirnya ikut bingung juga “i……ya…..ya…..!”.
“Jelas ada
maksud tertentu dibalik dalam kalimat tersebut” ungkapnya kepadaku.
“Nah….. itulah
yang menjadi penasaranku sepulang aku dari Jakarta 4 hari yang lalu”
jawabku.
Akupun semakin
bingung dengan ungkapan tersebut, akhirnya kutanyakan pula dengan dosen
sastraku, ketika setelah kuceritakan mengenai perjalananku, ia pun berfikir apa
sebenarnya yang terkandung dalam makna tulisan tersebut, namun ia pun tetap
menjawab bahwa “makna yang ada dalam tulisan tersebut adalah ketika mau
menghilangkan korupsi di negeri antah brantah ini haruslah dicukur semuanya dan
bukan dicukur yang bawah saja, namun yang atas dibiarkan tumbuh subur, sehingga
kalau memang ada niatan mencukur rambut, harus semuanya dicukur termasuk
rambut-rambut yang tersembunyi sekaligus, artinya ketika kita ingin
menghilangkan korupsi haruslah semuanya dihilangkan termasuk korupsi-korupsi
yang masih kecil-kecil dan tersembunyi” ungkapnya.
“Lantas apa
hubungannya dengan demo yang dilakukan oleh Mahasiswa, padahal demo itu bukan berkaitan
dengan kasus korupsi yang merajalela dinegeri antah brantah ini, namun demo
tersebut berkaitan dengan keberadaan wakil rakyat yang sedang duduk di kursi
empuk. Berarti kan tidak ada sangkut pautannya dengan demo tersebut?”
tanyaku kembali.
“Memang benar
itu ditujukan kepada anggota wakil rakyat, karena selama ini, masyarakat
menganggap bahwa wakil rakyatlah yang banyak melakukan korupsi, lewat jalur
ini, jalur itu. Atau bahkan lewat jalur yang lainnya” imbuhnya.
“Lantas
keterkaitan dengan tulisan tersebut apa, kalau tulisannya cukurlah semua
rambutmu, masih bias masuk akal, sedangkan tulisan ini adalah cukurlah rambutmu
sebelum mencukur kumismu?” bantahku.
“Terus apa
makna dari tulisan itu ya…..????” tanyanya kembali padaku.
“Aku bertanya
malah anda kembali bertanya…..!!!!! lantas saya akan bertanya sama siapa lagi….????
sama halnya jeruk minum jeruk….. hehehehehehehehehehe” Ledhekku padanya.