-->
Oleh Jujuxs Ketjink
A. Ide Umum Tentang Pengalaman Belajar
A. Ide Umum Tentang Pengalaman Belajar
Belajar adalah perubahan perilaku sebagai fungsi
pengalaman, dimana didalamnya mencakup perubahan-perubahan afektif, motorik,
dan kognitif yang tidak dihasilkan oleh sebab-sebab lain. Albert Bandura (1969)
menjelaskan sistem pengendalian perilaku belajar adalah perubahan perilaku
sebagai fungsi pengalaman. Menjelaskan juga sistem pengendalian perilaku ,
Stimulus control, perilaku yang muncul di bawah pengendalian stimulis eksternal
seperti bersin, bernafas, dam mengedipkan mata. Outcome control, perilaku yang
dilakukan untuk menapai hasilnya, berorientasi pada hasil yang akan dicapai.
Symbolic control, perilaku yang di arahkan oleh kata-kata yang dirumuskan, atau
diarahkanoleh antipasi yang diimajinasikan dari hasil yang akan dihasilkan.
Beberapa ide umum tentang pengalaman belajar :
1. Keterlibatan dalam pengalaman belajar merupakan pengaruh
yang amat penting terhadap pembelajaran.
2. Suasana yang bebas dan penuh kepercayaan akan
menunjang kehendak peserta didik untuk mau melakukan tugas sekalipun mengundang
risiko.
3. Pengaruh strategi yang mendalam dapat dipergunakan
namun sangat tergantung pada beberapa aspek, misalnya usia, kematangan, kepercayaan,
dan penghargaan terhadap orang lain. Dan kebahagiaan guru juga tergantung pada
latihan-latihan yang diberikan untuk megendalikan atau menguasai aspek
tersebut.
4. Beberapa teknis yang disajikan cenderung untuk
memberikan beberapa gagasan atau ide mengenai bagaimana pengajar dapat
melibatkan peserta didik secara emosional. Dalam hal ini referensi atau mata
pelajaran yang diberikan sangat tergantung pada peserta didik, pelajaran
tertentu, pengajaran atau guru lingkungan.
5. Terdapat banyak sekali
pengaruh-pengaruh yang dapat dipelajari sebaik mungkin dengan melalui beberapa
model yaitu pengajar atau guru yang dalam berbagai hal menyatukan pengaruh,
sedangkan para peserta didik berusaha mencoba menurunnya.
Dengan demikian model yang diterapkan banyak
memerlukan pengalaman pendidikan secara informal
B. Pentingnya Pengalaman Belajar
Belajar secara umum dapat diartikan sebagai perubahan,
contohnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu, dari
tidak mau menjadi mau, dan lain sebagainya. Namun demikian tidak semua
perubahan pasti merupakan peristiwa belajar. Sedangkan yang dimaksud perubahan
dalam belajar adalah perubahan yang relatif, konstan, dan berbekas. Sama halnya
dengan pengalaman belajar, dimana seperti kata pepetah yang sering kita dengar
dalam dunia pendidikan bahwa pengalaman adalah guru yang paling baik. Dalam hal
ini pengalaman-pengalaman yang sering kita lalui dapat memberikan dan
mengajarkan kita hal-hal yang berarti dalam hidup.
Pengalaman belajar siswa ditunjang dengan adanya
teknologi. Dengan adanya kemajuan sains dan teknologi di bidang pendidikan
seyogyanya dapat dimanfaatkan untuk mempermudah siswa mencapai pengalaman
belajar yang optimal. Anak-anak sekarang menginginkan hal-hal yang baru
yang menarik dan menantang. Demikian juga saat mengikuti pembelajaran di
sekolah mereka ingin pembaruan dalam pembelajaran. Dengan demikian seorang guru
harus belajar mengadakan pembaruan pembelajaran dengan memasukkan
pengalaman-pengalaman belajar yang menarik. Pembelajaran yang menarik adalah
pembelajaran yang benar-benar membelajarkan siswa, semakin siswa terlibat aktif
dalam pembelajaran akan semakin berkualitas hasil belajar siswa. Jadi siswa
tidak sekedar datang, duduk, catat, dan pulang tanpa ada pengalaman belajar.
Seorang guru dalam merancang pembelajaran tentunya akan bertanya dalam hatinya,
“Pengalaman belajar apa yang akan aku berikan pada peserta didik agar mereka
dapat memiliki kompetensi dasar?” Pengalaman belajar yang diberikan oleh guru
sangat penting bagi peserta didik (siswa) agar peserta didik dapat memiliki
kompetensi dasar. Ada dua hal yang dapat membantu guru dalam memberikan
pengalaman belajar kepada siswa yaitu dengan penggunaan multimetode dan
multimedia yang disesuaikan sesuai dengan kondisi siswa dan kemampuan sekolah.
1. Multimetode
Metode adalah cara yang digunakan
untuk menimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Berikut ini disajikan
beberapa metode pembelajaran yang biasa digunakan demi mengimpelementasiakan
startegi pemebelajaran sehingga terbentuk pengalaman belajar bagi siswa, yaitu:
a.
Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode yang
biasa digunakan oleh setiap guru. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa
pertimbnagan tertentu juaga adanya faktor kebiasaa baik dari guru ataupun
siswa. Dalam metode ini guru biasanya merasa belum puas manakala dalam proses
pengelolaan pemebelajaran tidak melalukan ceramah. Demikian juga dengan sisw,
mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui
ceramah, sehinnga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak
ada guru berarti tidaka ada proses belajar.
b. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang
suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar
tiruan. Sebagai metode penyajian demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan
secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstarsi peran siswa hanya
sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran
lebih konkret.
c. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan metode
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama
nmetode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan,
menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan
(Killen, 1998). Oleh sebab itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu
argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar poengalaman untuk menentukan
keputusan tertentu secara bersama-sama.
Dengan demikian, jika setiap guru
menerapkan metode yang berbeda-beda dalam proses pembelajaran maka setiap siswa
juga akan memiliki pengalaman yang berbeda dalam menerima materi pelajaran.
Metode yang pertama adalah metode yang bersifat monoton dimana siswa hanya akan
bisa mendengarkan materi yang telah disampaikan oleh seorang guru. Materi yang
dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang
dikuasai guru. Metode pembelajaran yang kedua akan lebih menarik sebab siswa
tak hanya mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. Dalam hal ini
dengan cara nmengamati secara langsung siswa kan memiliki kesempatan untuk
membandingkan antara teori dengan kenyataan. Sedangkan metode yang ketiga
sifatnya melatih siswa untuk memecahkan masalah yang telah diberikan. Dalam
metode ini siswa mana dirangsang untuk lebih kreatif dalam memberikan gagasan,
bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan. Namun disisi lain dalam
metode ini hanya akan dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki
keterampialan berbicara.
2. Multimedia
Media pembelajara merupakan seluruh
alat dan bahan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio,
televisi, koran, majalah, buku atau LCD dan lain sebagainya.
Penggunaan media dalam proses
pembelajaran juga dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa. Salah satu
media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran yaitu penggunaan
media interaktif seperti penggunaan komputer. Dengan bantuan komputer dapat
diajarkan cara-cara mencari inforamsi baru, yaitu dengan menyeleksi dan
mengolah pertanyaan, sehingga terdapat jawaban terhadap suatu pertanyaan itu.
Komputer dapat diprogram untuk dimanfaatkan dalam potensi mengajar
dengan tiga cara, yaitu:
a. Tutorial
Dalam hal ini program menuntut komputer untuk berbuat sebagai seorang tutor yang memimpin siswa melalui urutan materi yang mereka harapkan menjadi pokok pengertian. Komputer dapat menemukan lingkup kesulitan tiap siswa, kemudian menjelaskan pendapat-pendapat yang ditemukan siswa, menggunakan contoh dan latihan yang tepat dan mentes siswa pada tiap langkah untuk mencek bagaimana siswa telah mengerti dengan baik.
Dalam hal ini program menuntut komputer untuk berbuat sebagai seorang tutor yang memimpin siswa melalui urutan materi yang mereka harapkan menjadi pokok pengertian. Komputer dapat menemukan lingkup kesulitan tiap siswa, kemudian menjelaskan pendapat-pendapat yang ditemukan siswa, menggunakan contoh dan latihan yang tepat dan mentes siswa pada tiap langkah untuk mencek bagaimana siswa telah mengerti dengan baik.
b. Simulasi
Bentuk kedua pengajaran dengan
komputer ialah untuk simulasi pada suatu keadaan khusus, atau sistem di mana
siswa dapat berinteraksi. Siswa dapat menyebut informasi, sehingga dapat sampai
pada jawabannya, karena mereka berpikir sehat, mencobakan interpretasinya dari
prinsip-prinsip yang telah ditentukan. Komputer akan menceritakan pada siswa
apakah dampak dari keputusannya, terutama tentang reaksi dari kritikan atau
pendapatnya.
c. Pengolahan Data
Rowntree (Roestiyah, 2001) menuliskan bahwa dalam hal ini komputer digunakan sebagai suatu penelitian sejumlah data yang luas atau memanipulasi data dengan kecepatan yang tinggi. Siswa dapat meminta kepada komputer untuk meneliti figur-figur tertentu atau menghasilkan grafik dan gambar yang sulit/kompleks. Menurut Hamalik (2003), ada tiga bentuk penggunaan komputer dalam kelas, yaitu untuk:
Rowntree (Roestiyah, 2001) menuliskan bahwa dalam hal ini komputer digunakan sebagai suatu penelitian sejumlah data yang luas atau memanipulasi data dengan kecepatan yang tinggi. Siswa dapat meminta kepada komputer untuk meneliti figur-figur tertentu atau menghasilkan grafik dan gambar yang sulit/kompleks. Menurut Hamalik (2003), ada tiga bentuk penggunaan komputer dalam kelas, yaitu untuk:
1. Mengajar siswa menjadi mampu membaca
komputer atau Computer literate.
2. Mengajarkan dasar-dasar pemrograman
dan pemecahan masalah dengan komputer.
3. Melayani siswa sebagai alat bantu
pembelajaran.
Jadi, dengan ketersediaan metode dan
media yang dapat menunjang berlangsungnya proses pembelajaran menyebabkan
guru dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa sehingga dapat meningkatkan
kompetensi dasar siswa.
C. Pandangan Guru Terhadap Pengalaman
Belajar
Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa terdapat
kaitan yang erat antara pandangan tentang sains, tentang belajar dan tentang
mengajar.
1. Pandangan tentang sains
Dari berbagai penelitian yang telah
dilakukan, terungkap bahwa sains bagi kebanyakan mahasiswa calon guru adalah
sekumpulan pengetahuan atau body of knowledge, dimana sains berisi
kumpulan fakta hasil observasi dan penelitian yang menjelaskan apa, mengapa,
dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Menurut Aguirre dan Haggerty, 1990;
Gustafson dan Rowell, 1995 melaporkan bahwa sebagian besar respon mahasiswa
jatuh dalam katergori discovering yang didalamnya tercakup sains sebagai suatu
kumpulan pengetahuan (body of knowledge) dan sains sebagai suatu proses.
Menurut Bloom(dalam Widodo, 1997),
menyatakan bahwa sains dijadikan sebagai studi mengenai alam sekitar kita.
Penelitian yang dilakukan oleh Ari Widodo terhadap mahasiswa calon guru
dan guru sekolah lanjutan juga mengungkapkan hasil yang senada dimana sebagian
besar guru dan mahasiswa calon guru menyatakan bahwa sains adalah ilmu tentang
alam dan bahwa sains merupakan kumpulan fakta, pengetahuan dan informasi.
Pandangan lain tentang sains yaitu
hadir dari dua orang ahli (Cain dan Evans, 1990) menyatakan bahwa sains
mengandung 4 hal, yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap dan
teknologi. Sains sebagai konten atau produk berarti bahwa dalam sains terdapat
fakta-fakta, hokum-hukum, prinsip-prinsip dan teori-teori yang sudah diterima
kebenarannya. Sains sebagai proses atau metode berate bahwa sains merupakan
suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. sains sebagai sikap
artinya bahwa dalam sains terkandung sikap seperti tekun, terbuka, jujur
dan objektif, sedangkan jika sains sebagai teknologi mengandung pengertian
bahwa sains mempunyai keterkaitan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pandangan tentang Belajar
Faktor lain yang mempengaruhi
pandangan guru terhadap pengalaman belajar yaitu pandangan guru terhadap
belajar. Penelitian yang dilakuakn oleh Aguirre dan Haggerty, 1995; Gustavson
dan Rowell, 1995; Ari Widodo, 1997, mengungkapkan bahwa sebagian besar guru dan
mahasiswa calon guru berpendapat bahwa belajar adalah mencari informasi atau
pengetahuan baru dari sesuatu yang sudah ada di alam.
3. Pandangan tentang Mengajar
Walaupun jumlah penelitian tentang
konsepsi mahasiswa calon guru tentang mengajar sains belum banyak dilakukan
namun penelitian yang dilakuakn oleh Aguirre dkk (1990) dan Ari Widodo 1997
mengungkapkan bahwa peran guru sebagai sumber informasi dan, pengetahuan
merupakan peran yang banyak disebutkan oleh guru dan mahasiswa
Pandangan guru tentang sains,
belajar dan mengajar ternyata saling berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu,
banyak guru yang mengajar dengan metode berceramah sebab bagi mereka sains
adalah sekumpulan pengetahuan yang harus ditransfer kepada siswa.
D.
Cara
Merumuskan Pengalaman Belajar yang Sesuai
Untuk merumuskan pengalaman belajar guru hendaknya
memperhatikan beberapa faktor antara lain :
1. Karakteristik konsep yang diajarkan
Karakteristik konsep yang dimaksud
adalah tuntutan dan tuntunan yang sudah melekat untuk tiap konsep. Sebagai
contoh, konsep evolusi yang berarti perubahan secara perlahan-lahan dalam waktu
yang sangat lama, memberikan petunjuk bahwa pengalaman belajar yang paling
tepat dengan mengobservasi dan menganalisis bukti-bukti evolusi.
2. Kesiapan Siswa
Faktor kedua yang harus diperhatikan
dalam memilih pengalaman belajar adalah kesiapan siswa. Guru hendaknya
mempertimbangankan kesiapan siswa. Untuk itu guru hendaknya juga memperhatikan
tingkat perkembangan, terutama perkembangan kognitif. Apabila tingkat berfikir
siswa diperkirakan masih pada tingkat konkret, tentunya konsep tersebut akan
sulit dipahami siswa apabila hanya lewat penjelasan. Siswa yang demikian
tentunya akan lebih baik apabila pengalaman belajarnya adalah pengalaman
belajar langsung dengan objek nyata.
3. Fasilitas yang tersedia
-->
Faktor ketiga yang juga penting
dipertimbangkan guru adalah ketersediaan alat. Guru tentunya tidak bisa
merancang alat suatu kegiatan yang akan menggunakan alat atau bahan yang tidak
dapat diperolehnya. Untuk itu dalam merancang pengalaman belajar guru harus
mempertimbangkan betul ketersediaan alat dan bahan yang dibutuhkannya. Misalnya
guru yang mengajar disekolah yang terletak disuatu pegunungan jauh dari laut
dan tidak mempunyai awetan ganggang laut, tentunya tidak tepat apabila guru
tersebut merancang pengalaman belajar siswa dengan observasi langsung terhadap
ganggang air laut.